Tuesday, July 24, 2007

Bukan Saatnya (Lagi)...

(untuk kawan2ku seperjuangan...)


marilah kemari...hey...hey...hey...kawan
akulah disini...hey...hey...hey...kasih
mari bergembira...bersama-sama...
hilangkan hati...duka lara...


Ya, setelah sekian hari hati kita penuh dengan segala tanya, keluh kesah, kecewa, sedih, dsb. mungkin bolehlah sekarang saatnya untuk (bahkan harus) menghibur diri sendiri dan memantapkan hati dan pikiran untuk melaksanakan tugas dan kewajiban di tempat yg baru. Kecewa boleh, keluh kesah juga boleh, mungkin manusiawi klo kita punya pikiran seperti itu, wajar klo ingin menumpahkan uneg2, ganjalan2 di hati krn suatu keadaan yg tidak sesuai dengan apa yg kita harapkan. Tapi semua itu harusnya hanya berupa sharing, harus ada batasnya jangan sampai terhanyut dalam perasaan kecewa, sedih yg berkelanjutan.

Ada sedikit cerita dari Eric Butterworth dalam bukunya
"The Universe is Calling" (Harpercollins Publisher, 1994) yg mengambil hikmah dari cerita para pemburu dari amerika yg menangkapi monyet di afrika untuk dimasukkan ke kebun binatang. Mereka tidak ingin menyakiti monyet2 tersebut, akhirnya dipilihlah cara untuk menagkapnya dengan memamsukkan umpan kacang dan buah2an ke dalam botol2. Karena tertarik oleh warna dan aroma buah yg menyengat dari dalam botol tsb., para monyet mencoba meraihnya dengan memasukkan tangannya ke dalam botol. Klo sudah begitu mereka tidak akan bisa menarik tangannya keluar dari botol selama tangannya masih menggenggam buah atau kacang itu. Mereka juga tidak akan bisa lari membawa botol2 itu karena sangat berat.

Tanpa sadar kita sering seperti itu, memegang erat2 problem hidup yg kita hadapi. Ibaratnya menenteng2 "botol problem" kemana2. Artinya kita membiarkan diri sendiri terperangkap dalam botol problem itu. Mengasihani diri seolah merasa sebagai manusia yg paling menderita, paling sengsara, dsb. Padahal kita tahu Tuhan tidak akan memberi beban yg tak bisa kita tanggung.

Dari cerita tadi barangkali bisa kita tarik kesimpulan, salah satunya praying is listening. Bukan melulu minta agar sesuatu menjadi baik, tapi melihat sesuatu dengan sebaik-baiknya. Mengamati sesuatu dari tempat yg tinggi agar mampu melihat lebih dari sekedar yg tampak. Dengan begitu kita bisa menemukan jalan keluar. Mengutip firmanNya :

"Boleh jadi kamu membeci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Alah Maha Mengetahui sedangkan kami tidak mengetahui" (al-Baqarah 216).


untuk disambung...

No comments: